Oleh: Melvin Simanjuntak | Agustus 24, 2009

ILMU KHOTBAH ( HOMILETIKA )

ILMU KHOTBAH ( HOMILETIKA )

Oleh : Pdt. Melvin M. Simanjuntak, STh, MSi

  1. 1. DASAR PEMAHAMAN

Homiletika berasal dari kata “homilia” yang berarti “perbincangan dari hati ke hati (heart to heart), seperti tertulis dalam Alkitab tentang percakapan segala sesuatu yang dilakukan murid-murid Tuhan Yesus (Luk.24:14). Di dalam tradisi gereja, percakapan atau perbincangan demikian berkembang untuk memberi tujuan kepada penyelamatan (Yak.1:21), hikmat (2 Tim.3:15), pendidikan Kristen (2 Tim 3:16), pembangunan hidup Kristen (Kis.20:32), dan penghiburan umat (2 Kor.1:4). Dengan begitu khotbah memiliki hubungan dan keterkaitan dengan pelayanan seorang gembala (pendeta, penatua, dll) sebagai upaya penyiraman rohani (1 Kor.3:6-8). Khotbah berbeda dengan pidato (orasi), namun memiliki kesamaan. Kesamaan khotbah dan pidato adalah sama-sama disampaikan kepada beberapa orang atau sejumlah orang untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Tetaapi pidato umumnya memuat aksi propaganda, dan provokasi untuk mempengaruhi orang agar ikut dalam ide sang orator. Pidato sekarang tidak perlu podium, dan pakaian sang orator tidak menentukan. Yang prinsip sekali bisa saja pidato yang disampaikan tidak berdasar fakta, dan data serta tidak sesuai dengan kelakuan sang orator.

Khotbah tidak demikian. Khotbah adalah menyampaikan firman TUHAN. Pengkhotbah haruslah sudah mengikuti dan mematuhi Firman TUHAN yang akan disampaikan, tidak boleh provokasi atau pun propaganda. Sebab Firman TUHAN berbicara tentang seluruh aspek kehidupan, baik sosial budaya, politik, ekonomi, keamanan, maupun perilaku dan kelakuan (etika). Dengan begitu tidak mungkin pengkhotbah berpakaian sembarang, tidak rapi, dan asal-asalan. Dia harus tampil mengesankan sehingga Firman TUHAN dapat didengar banyak orang. Sebab orang yang berkhotbah harus mampu memberikan kekuatan semangat hidup, sebagai jalan peneguhan, penghiburan, dan pendidikan. Di dalam khotbah terdapat unsur rekreatif (menghibur orang, bukan hanya diri sendiri), dan unsur edukatif (mendidik dengan mengarahkan serta memberi jalan keluar) berdasarkan pada Firman TUHAN. Jadi khotbah harus bersandar dan bertumpu pada andalan utamanya, Firman TUHAN. Karena itu pengkhotbah harus memahami Firman TUHAN dengan baik dan cermat, dan memiliki keteguhan iman yang tangguh, tidak mudah goyah (ndang hatop mandele manang mandate). Kedekatan pengkhotbah dengan TUHAN sangat menentukan dan harus diyakini, serta perlu serring membaca Alkitab agar menjadi pelaku-pelaku Firman TUHAN (Yak.1:22) untuk menghidari disebut “pembohong” atau “penipu”. Penyampaian khotbah serring disebut pemberitaan Firman TUHAN adalah sentral atau pusat dari tata ibadah, inti dari liturgi Kristen, karena tidak perlu kuatir akan membuat orang tersinggung atau sakit hati, atau seolah-olah menghakimi. Asal tetap memegang yang benar, adil, dan berpedoman pada Firman Tuhan maka wajar jika hrus membuat warga jemaat terkena. Artinya khotbah tersebut sudah mendarat, menyirami rohani warga jemaat, sehingga diharapkan timbul kesadaran untuk kembali kepada TUHAN, dan merindukan TUHAN.

  1. 2. PRINSIP-PRINSIP DALAM KHOTBAH

Untuk dapat memahami prinsip-prinsip dalam khotbah maka pengkhotbah harus memahami tentang pemahaman dasar khobah itu sendiri, memahami langkah-langkah untuk menyiapkan suatu khotbah secara sistematis, lalu teraakhir mengetahui teknik penyampaian khotbah. Ada beberapa prinsip tentang khotbah yang akan disampaikan kepada jemaat, yakni :

    1. Khotbah harus berbicara Firman TUHAN apa adanya
    2. Khotbah harus menyampaikan Firman TUHAN dengan kebenaran dan keadilan
    3. Khotbah harus menyampaikan Firman TUHAN di dalam kedamaian hati
    4. Khotbah harus memberi keteguhan iman, kemurnian hati, dan semangat hidup
    5. Khotbah harus menghubungkan Firman TUHAN dengan kenyataan hidup

Selanjutnya pengkhotbah perlu mengambil langkah tahapan berikut sebelum menyampaikan khotbah kepada jemaat, yakni :

  1. a. Persiapan Bahan Khotbah (Teks, Tematis, Pergumulan)

Di sini Pengkhotbah harus mengetahui pergumulan  dari warga jemaat yang akan mendengar Firman TUHAN sehingga dapat mengambil tema yang pas dan cocok dengan derap kehidupan warga jemaat. Pengkhotbah juga harus berdoa untuk mohon penyertaan TUHAN sehingga ketika di atas mimbar benar-benar tegar, tidak grogi dan demam panggung. Pengkhotbah harus memahami isi dari teks (nats) yang akan disampaikan, tentu dengan Tafsiran yang relevan. Pengkhotbah sudah lebih dahulu menggumuli teks/nats yang akan disampaikan ke dalam kehidupannya pribadi.

  1. b. Persiapan Diri (Penampilan, Percaya Diri, Naskah)

Pengkhotbah harus membiasakan diri ramah, tidak tegang aatau merah muka ketika berhadapan dengan warga jemaat, harus santai dan tenang membawa diri. Alangkah baik jika masih belajar, bahan khotbah dituliskan. Bahan khotbah bisa diituliskan secara keseluruhan, namun bisa juga hanya dituliskan butir-butir (point of view) yang penting saja. Karena itu perlu notes aatau buku-buku catatan untuk menuliskan ayat-ayat penting, yang biasa didengar, dan menjadi mutiara hidup.

  1. c. Pemusatan Diri

Pengkhotbah harus mendekatkan diri pada Firman TUHAN, karena dia telah menjadi perantaraan (mediasi) TUHAN dengan umatNya. Ketika sebelum membaca teks Alkitab lebih baik diawali dengan kalimat,”Beginilah Firman TUHAN”,”Songon on do Hata Ni Debata”.


Tinggalkan komentar

Kategori